Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru- paru yang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak, tetapi frekuensi yang sering terjadi pada masa infant dan masa kanak-kanak.
Secara anatomis pneumonia dibedakan atas:
Pneumonia Lobaris
Infiltrat terdapat pada sebagian atau seluruh bagian paru.
Bronko pneumonia
Infiltrat tersebar pada kedua belahan paru. Dimulai pada bronkiolus terminalis, yang menjadi tersumbat oleh eksudat mukopurulent yang disebut juga “Lobular Pneumonia”.
Interstitial Pneumonia
Proses inflamasi yang lebih atau terbatas pada dinding alveolar dan jaringan peribroncial atau interlobular. Bronko pneumonia tidak jarang dapat terjadi sebagai penyakit primer atau sebagai penyakit sekunder/ komplikasi dari penyakit lain.

Anatomi Fisiologi
Organ pernafasan (jalan nafas terdiri dari:
a. Cavum nasal
b. Pharynx
c. Larinx
d. Bronkus
e. Bronchiolus
f. Alveoli

Pada Bronko pneumonia yang terganggu adalah bronki dan alveoli. Bronkus mempunyai cincin tulang rawan dan lapis mukosanya yang mengandung cilia. Bronkus kanan lebih besar, lebih tegak dan lebih pendek. Oleh karena itu benda-benda asing akan lebih mudah terbawa ke dalam bronkus kanan. Bronkus bercabang- cabang menjadi bronkiolus (pada kiri dua buah dan pada kanan tiga buah) untuk setiap lobus paru-paru, karena paru kiri terdiri atas dua lobus sedangkan paru kanan terdiri atas tiga lobus.
Bronkiolus terbagi menjadi bronchi segmentarum untuk setiap segmenta (kiri delapan semen dan kanan sepuluh segmenta) “Bronkopulmonary segment”. Bronchi segmentorium kemudian bercabang menjadi bronchioli pengantar yang kemudian menjadi bronchioli respiratori.Pada ujung bronchioli respiratori terdapat kantong udara yaitu alveoli.
Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus, karena alveolus pada hakikatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jalinan kapiler, maka batas antara cairan dan gas membentuk suatu tegangan permukaan yang cenderung mencegah pengembangan pada waktu ekspirasi. Tetapi untunglah alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfactan, yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terdapat pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Defisiensi surfactan dianggap sebagai faktor penring pada patogenesis sejumlah penyakit paru-paru.

Gambaran klinis
Bronko pneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 390 C – 40o C dan kadang disertai kejang karena demam tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosi sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai diare dan muntah. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering lalu produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulutdapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luas daerah auskultasi yang terkena; pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring, halus, atau sedang. Bila sarang Bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronchi terdengar lagi.

Etiologi
Peradangan parenkim paru dapat diesbabkan oleh :
a. Bakteri misalnya staphilococcus, streptococcus
b. Virus, misalnya virus influenza
c. Jamur, misalnya candida albicans
d. Aspirasi karena makanan, benda asing

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronkopneumonia adalah penyakit menahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena kekurangan kalori protein (KKP).


Download file lengkapnya :
file PDF, file Word, file Rich Texs Format

Software pendukung :
Adobe reader (untuk baca PDF), winrar (untuk ekstrak file), Internet download manager (download lebih cepat)



Comments :

0 comments to “Pneumonia”